JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN 8 : KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN KOLOM
JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I
DISUSUN OLEH :
NAMA : CICI INDAH SEPTIANA
NIM : A1C118069
KELAS : REGULER A 2018
DOSEN PENGAMPU :
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PERCOBAAN
8
I.
Judul : Kromatografi Lapis Tipis dan
Kolom
II.
Hari/Tanggal : Rabu, 29 April 2020
III.
Tujuan : Adapun tujuan dilakukannya
praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat
mengetahui teknik-teknik kromatografi lapis tipis dan kolom.
2. Dapat
membuat plat kromatografi lapis tipis dan kolom kromatografi.
3. Dapat
memisahkan suatu senyawa dari campurannya dari kromatografi lapis tipis dan
memurnikannya dengan kolom.
4. Dapat
memisahkan pigmen tumbuhan dengan cara kromatografi kolom.
IV.
Landasan Teori
Teknik kromatografi
dapat memisahkan campuran senyawa menjadi komponennya dengan bergantung pada
pendistribusian zat anatara dua fase, fase diam dan fase gerak, fase diam
disebut juga dengan stasioner dan fase bergerak disebut juga dengan mobile. Pernyataan
yang harus diperhatikan dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang tidak sama
maka akan mempunyai koefisien distribusi yang tidak sama pula pada fase diam
dan fase bergeraknya.
Dalam Kromatografi Lapis Tipis digunakan
bahan penjerap yang dilekatkan tersebar pada plat kaca, alumunium, ataupun
plastic. Teknik Kromatografi Lapis Tipis ini mempunyai kelebihan pada proses
pengerjaan lebih cepat dan pemisahannya tergolong kategori yang baik digunakan
(Tim Kimia Organik I, 2020).
Salah
satu metode yang sering digunakan dalam Kimia Organik adalah metode
Kromatografi. Metode ini tentunya digunakan untuk memisahkan suatu zat yang
saling bercampur menjadi komponen-komoponen penyusunnya. Komponen-komponen
inilah yang nantunya akan dianalisis. Kromatografi diciptakan dengan berbagai
jenis, diantaranya adalah kromatografi lapis tipis, kromatografi gas,
kromatografi penukar ion, kromatografi cair, dan kromatografi afinitas.
Tentunya kromatografi dengan berbagai jenis ini digunakan sesuai dengan
kebutuhannya. Walaupun berbeda jenisnya namun semuanya mempunyai prinsip dasar
atau landasan yang sama (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/)
Teknik
romatografi lapis tipis hampir sama saja dengan teknik kromatografi kertas,
yang menjadi pembedanya adalah media yang digunakan untuk pemisahnya atau dapat
dilihat pada fase diamnya. Bahan adsorben yang digunakan untuk fasa diam ada
berupa silica gel, alumunium dan serbukselulosa. Partikel yang ada pada silica
gel nantinya akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul polar air, hal ini
dikarenakan silica gel mengandung gugus hidroksil di permukaannya (Rudi, 2010).
Kromatografi
lapis tipis merupakan bentuk dari kromatografi planar. kromatografi jenis ini
fase diamnya merupakan lapisan yang seragam atau sama (uniform) pada permukaan
bidang datar yang mana hal ini didorong dengan lempeng kaca, pelat alumunium,
ataupun pelat plastik (Rohman, 2007).
V. Alat dan Bahan
5.1. Alat
1.
Pelat kaca
2.
Kain kering
3.
Oven
4.
Kaca besar
5.
Gelas piala
6.
Batang pengaduk
7.
Cawan petri
8.
Tabung reaksi kecil
9.
Pipa gelas kapiler
10.
Pelat TLC
11.
Bejana pengembang
1.
Air
2.
Metanol
3.
Pita selotip
4.
Silika
gel
5.
Asam asetat
6.
Eter
7.
Benzen
8.
Kertas saring
9.
Tablet mengandung kafein
10.
Kafein standar
11.
Kristal iod
12.
Daun
13.
Petrolium eter
14.
Kristal Na-sulfat anhidrat
15.
Gelas wool
16.
Suspensi selulosa
17.
Kalsium karbonat
18.
Suspensi sukrosa
19.
Aseton
VI. Prosedur Kerja
6. 1 Kromatografi Lapis Tipis
6. 1 Kromatografi Lapis Tipis
a.
Dibersihkan
pelat kaca kecil dengan air,methanol, lap dengan menggunakan kertas atau kain
lalu dikeringkan dengan oven
b. Disusun
5 pelat diatas sebuah kaca besar, direkatkan kedua sisi deretan pelat kecil
dengan pita selotip
c.
Disiapkan
suspensi silica gel dengan dicampurkan 5gr bahan dan 10ml methanol/air suling dalam
gelas piala tertutup. Sebarkan suspensi diatas pelat dan ratakan suspense keseluruh permukaan kaca dengan batang
pengaduk,lalu dikeringkan didalam oven 120°C selama 10 menit
d.
Dibuatlah
larutan pengembang dengan komposisi methanol : asam asetat : eter : benzene
(0,10 : 1 : 3 : 5,9)ml dalam gelas piala ukuran 100ml dilapisi dinding dalamnya
dengan kertas saring, ditutup gelas piala dengan cawan petri
e.
Digerus
2 buah tablet yang mengandung kafein dan diekstraksi dengan 5ml methanol.
f.
Dilarutkan
50mg kafein standar dalam 1ml methanol didalam tabung reaksi kecil
g. Diambil
cairan menggunakan pipa gelas kapiler, lalu bubuhkan diatas pelat TLC kecil
dengan jarak 1cm satu sama lain dan 1cm dari tepi pelat kaca, dikeringkan noda
sampel dan standar dengan di tiup,lalu dibubuhkan 3-5kali dan setiap kali
dikeringkan
h.
Dimasukkan
pelat kebejana pengembang, perhatikan supaya noda tidak terendam. Di biarkan
hingga garis pelarut dapat mencapai sekitar 1cm dari tepi atasnya pelat
i. Diangkat
pelat di tandai garis depan pelarut lalu dikeringkan
j.
Dimasukkan
pelat ke gelas piala yang telah diisi dengan butiran Kristal iod, ditunggu
hingga nampak noda
k. Diangkat pelat dan dilingkarkan noda
l. Dihitung dan bandingkan semua Rf
6. 2 Kromatografi Kolom
a. Dilumatkan 10 lembar daun dengan memakai lumping, direndamlah selama 1jam dengan
perendamnya itu campuran dari 90ml PE (td 60-90°C), 10ml benzene serta 30ml
methanol.disaring kemudian diekstraksi sebanyk 4x dengan air 50ml, dipisahkan
lapisan organic. Dikeringkan dengan Kristal Na-sulfat anhidrat. Kemudian
disaring kembali. Gunakan rovator untuk mempekatkan lapisan organic hingga
cairan tinggal beberapa ml.
b.
Disiapkan
kolom kromatografi dengan pipet tetes. Disumbat bagian bawah kolom dengan gelas
wool. Lalu dimasukkan suspense selulosa (dari0,5gr selulosa dalam 10ml pelarut
PE) hingga 3-4cm. kemudian dimasukkan lagi suspense CaCO3 (1gr CaCO3
dalam 10ml PE)hingga 3-4cm. pelarut harus diberikan terus hingga timbunan
tenyerap menjadi kering dan udaranya masuk. Diletakkan kertas saring diatas dan
diantara timbunan penyerap
c.
Dimasukkan
larutan sampel setinggi 1cm. jikalau permukaan sampelnya telah mendekati
permukaan penjerap cepat dibilas dengan PE:aseton(6:1) bagian dalam kolomnya.
Terus lakukan penetesan pelarut ke dalam kolom. Dihentikan pemberian pelarutnya
jika warna telah keluar dari kolom.
Untuk melihat video praktikum tentang materi ini, dapat dilihat pada link video dibawah ini :
Dari video diatas, ada beberapa permasalahan yang ditemukan, yaitu :
1. Pada tahap penyiapan Chamber untuk penjenuhan, mulut chamber dioleskan terlebih dahulu, apa kandungan kimia yang terdapat dalam bahan olesan itu? dan apa tujuan dilakukannya pengolesan tersebut?
2.Mengapa eluen yang digunakan harus dijenuhkan terlebih dahulu? bagaimana jika eluen yang digunakan tidak dalam keadaan jenuh?
3. Bagaimana jika eluen yang digunakan bukan kloroform dan etanol? Bahan apa saja yang dapat menggantikannya?
Jika teman-teman ada yang mengetahui jawabannya, silahkan tulis di kolom komentar yaa...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussaya akan menjawab nmer 1
BalasHapusassalammualaikum wr.wb
BalasHapusperkenalkan nama saya indah syafitri NIM. A1C118018 saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3. jika eluen nya bukan klorofom dan metanol dapat digantikan dengan yang lain. bahan yang dapat menggantikannya seperti Aseton-toluen-air-asam asetat.
terimakasih ...
semoga membantu
baiklah saya Dwi Kartini Nim A1C118058 akan menjawab pertanyaan nomer 1, bahan yang dioleskan pada mulut chamber adalah eksikator, sebagaimana telah disebutkan dalam video tersebut. untuk kandungan dari eksikator sendiri belum saya temukan dalam literatur. sedangkan tujuan dari pengolesan pada mulut chumber adalah agar pada saat chumber ditutup tutup, tidak ada celah untuk keluar masuknya udara, jadi chumber benar-benar tertutup rapat. sehingga eluen tidak terjadi penguapan, sehingga penjenuhan berjalan sempurna dalam mencapai kesetimbangan. terimakasih.
BalasHapus